Jumat, 02 September 2011

ANEH !,Tidak Ada Kue Lebaran


nasional.kompas.com
Allahu akbar, walillahilhamd….
Tahun ini suara takbiran kembali menggema sebagai tanda lebaran telah tiba. meskipun perbedaan tentang penentuan 1 syawal kembali terjadi, namun tidak mengurangi semangat dan semarak pelaksanaan takbiran dan lebaran. Beberapa kebiasaan masyarakatpun kembali terlihat seperti silaturrahmi seusai sholat ied, rekreasi dan berkumpul bersama keluarga dan lain sebagainya.

Akan tetapi, kebiasaan masyarakat merayakan hari raya ied ini juga dibarengi dengan tradisi non lokal, atau tradisi luar yang datang ke daerah melalui teknologi informasi dan televisi. Salah satu contoh adalah open house.

Setahu saya, open house di Indonesia dipopulerkan oleh pejabat-pejabat VOC Belanda pada saat merayakan hari besar atau hari-hari kemenangan, dengan diiringi tarian-tarian ala eropa, atau juga pada saat merayakan hari natal. Walaupun sebenarnya open house memiliki banyak penafsiran, namun kumpulnya mereka (belanda) dalam sebuah acara (seperti yang telah disebutkan diatas) mereka sebut dengan itsilah open house.
Selain itu, open house dapar merujuk kepada sekolah umum yang diselenggarakan di AS dan Kanada, acara obrolan siang di irlandia dan sebagainya. (en.wikipedia.org/wiki/Open_House. Dalam acara ini, banyak sekali jamuan-jamuan yang disajikan tentu saja ala eropa.

Belum lagi tradisi di kalangan anak muda yang pergi rekreasi dengan pasangan yang bukan muhrim. WH kemana?
Entah kemana sudah hilangnya budaya dan tradisi daerah kita. Entah kemana sudah hilangnya kue lebaran, makanan khas kita pada saat lebaran. Pertanyaan yang kemudian sering nongkrong di pikiran kita saat bersilaturrahmi adalah, “kok ga ada kue tradisional ya?”. Memang ternyata benar, sudah jarang atau bahkan sulit bagi kita menemukan kue tradisional yang biasanya dibuat sendiri untuk dinikmati atau dijadikan sajian pada saat iedul fitri. Yang ada adalah kue-kue buatan luar, beberapa kue kering buatan belanda kemungkinan besar tidak ada logo Halal dari MUI. Beberapa jenis kue ini dijual di pasar dengan plastic besar, tanpa merek, dan tanpa nama.

Kecuali, hanya beberapa desa-desa terpencil atau desa pinggiran sungai yang masih membuat kue sendiri untuk sajian lebaran. Itupun mereka buat dalam jumlah yang sangat sedikit. Selain alas an bahan baku yang terbatas dan proses pembuatannya yang membutuhkan waktu dan tenaga, harga yang ditawarkan kue-kue luar ini juga relative terjangkau dan bervariasi.

Kalo begini ceritanya, anak-anak dan generasi penerus kita tidak akan tau cara membuat makanan warisan nenek moyang Aceh Singkil…..