Sabtu, 27 Agustus 2011

Tradisi Malam Lai Aceh Singkil


Pernahkan anda lihat kembang Api?, tentu saja pernah. Biasanya peste kembang api dilakukan pada saat tahun baru, atau juga pada saat pesta pernikahan seperti yang terjadi di beberapa tempat. Kembang api sendiri diyakini berasal dari dataran cina pada abad ke 12 sebagai hasil dari sampling penemuan bubuk hitam (gundpowder) yang digunakan untuk mengusir roh jahat atau juga dipakai pada saat perayaan tahun baru dan festival-festival.

Di Aceh Singkil, tradisi penggunaan kembang api ini hanya terjadi 1 tahun sekali. Walaupun sekarang telah masuk budaya luar yaitu perayaan tahun baru yang kerap diisi dengan perayaan kembang api. Namun sebenarnya, kembang api sendiri hanya dikenal secara turun temurun pada saat malam bulan ramadhan, tepatnya malam ke 27.

Di malam ramadhan, anak-anak dan remaja sering memainkan bedil (meriam yang terbuat dari bambo) , menyalakan lilin dan kemudian menyalakan kembang api di malam ke 27.

Malam ke 27 pada bulan ramadhan diyakini oleh masyarakat setempat sebagai malam Lailatul Qadr (malam yang disebut dalam al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan), yang kemudian disingkat menjadi MALAMLAI. Pada malam ini, masyarakat memiliki tradisi sebagai berikut:

1.      Memotong Ayam untuk dimasak dan dimakan bersama keluarga
2.      Membuat Kue-kue tradisional seperti lemang dan ketupat dan kue talam
3.      Menerangi rumah-rumah dengan lilin atau obor dengan berbagai ukuran.
4.      Menyalakan Kembang Api

Sumber Foto: antarafoto.com
Khusus untuk kembang api, ini adalah hal yang baru. Karena memang sebenarnya, kembang api tersebut dipasok dari luar (dibeli), bukan dibuat sendiri. Ini artinya, masyarakat tidak memiliki keahlian khusus membuat kembang api. Kembang api pada awalnya hanya digunakan oleh anak-anak, yang kemudian dengan pengaruh kegilaan zaman membuat kelangan dewasa ikut-ikutan menyalakan kembang api.

Bahkan, malam ramadhan yang seharusnya diisi dengan kegiatan mendekatkan diri kepada Allah malah diisi dengan kegiatan menghambur-hamburkan uang dengan menyalakan kembang api, diiringi dengan petasan yang notabene mengganggu orang yang sedang beribadah. Malamlai yang tadinya tenang dijadikan sebagai justifikasi menyalakan kembang api dan petasan. Itulah sekilas tradisi Aceh Singkil yang sudah bergeser dari nilai yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar